Yang Buat Saya Konsisten Menulis

|
Dulu pernah membaca sebuah buku berjudul "Menulis Itu Emas". Di sana, penulis sangat menganjurkan menulis setiap hari, secara spesifik adalah "menulis" dalam arti sebenarnya, bukan mengetik. Melalui goresan pena, seseorang dapat mengalirkan emosinya sehingga terjadi keseimbangan emosi dalam tubuhnya, dan itu sangat menyehatkan.

Saya baru saja membeli sebuah buku agenda kecil yang memungkinkan saya menulis sedikit cerita mengenai apa yang terjadi hari itu. Well, sebenernya yang tertulis sebagai panduan di tempat kosong itu adalah "something new", tetapi alih-alih menulis sesuatu yang baru, saya lebih sering menuliskan sesuatu yang menarik bagiku walaupun tidak baru. Tempat menulisnya begitu terbatas sehingga seringkali tak mampu menuliskan semua yang ingin ditulis. Keterbatasan tempat itu justru memicu saya untuk mencari wadah yang lebih luas untuk menulis dan menceritakan apa yang terjadi hari itu.

Ini kontradiktif dengan kebiasaan sehari-hari saya sebelumnya. Saya memiliki fasilitas peralatan elektronik yang memungkinkan saya menulis sepanjang apapun yang saya mau. Suami saya pun mendukung saya membuat kebiasaan menulis setiap hari, betapapun sederhana atau anehnya tulisan itu. Namun, seringkali saat saya mulai mengetik, ada saja yang menghambat. Mulai dari ketiadaan topik, kehabisan kata-kata, atau bahkan kehilangan mood menulis. Kebiasaan menulis setiap hari itupun masih belang belontang, belum rutin dilaksanakan.

Bisa jadi, kesederhanaan tema penulisan, yaitu tentang "something new" itu, justru memberikan ide tulisan yang selalu ada. Ya pikirkan saja apa yang baru hari itu, kalau tidak ada, tuliskan sesuatu yang menarik. Sedikit juga tak apa-apa, toh tempat menulisnya juga kecil. Tapi dengan begitu, target menulis setiap hari jadi tercapai :) semoga aku bisa langgeng menulis hingga 30hari berturut-turut. Amiin.

Love,

Karima Yolita
Koordinator Bidang Studi Bhs. Inggris
SDIT Citra Az-zahra
Kompleks Taman Alfa Indah, Blok G1
Joglo, Jakarta Barat

Posted via email from karima's posterous

Ganti Kacamata Baru? Alhamdulillah, Dimudahkan...

|
Seminggu yang lalu, persediaan kacamata terakhirku tak bisa lagi dipakai. Well, bisa sih, tanpa gagang kanan akibat terinjak suami, tapi 10 menit kemudian mata kanan jadi berair karena posisi si lensa yang tak pas. Terpaksalah daku bertahan dengan softlens, tanpa bekingan kacamata. Jadi kalo malam, setelah softlens dilepas, terpaksa lanjut tidur karena praktis penglihatan jadi sangat kabur.

Solusinya? Harus beli kacamata baru! It may be a problem since my sight already hits -7. Kalau mau beli kacamata baru, biasanya butuh waktu untuk pemasangan lensa kacamata, baru bisa diambil keesokan harinya. Jarang ada yang punya stok lensa -7. Kalaupun ada yang cepat dan bisa ditunggu, aku biasanya harus pergi ke pusat pembelian kacamata: ITC mangga dua. That's really far, eh? Sudah males duluan kudu harus pergi sejauh itu. Oke, I've had it! I really really need new glasses. Kucoba saja datang ke optik Batu Mulia, di dekat universitas mercu buana meruya. Aku kenal optik ini dari teman kerjaku. Dia bilang mereka jual softlense murah meriah. 150rb dapat dua pasang. Pertama kali kesana pun untuk urusan beli softlens. Sesuai harga yang dikatakan temanku, aku beli dua pasang. Kedatangan kedua, beli kacamata silinder untuk suamiku. Mereka punya koleksi frame murah meriah, karena pasar mereka adalah anak-anak kampus. Cocok di kantong! Adikku juga mulai nyaman dengan optik itu. Dia membeli kacamata terakhirnya di sana. They look good, dan tentunya ringan di kantong. Kali ini, yuk mari berburu kacamata murah meriah!

Dengan kebutuhan lensa -7, pastinya harga pun lebih mahal dibandingkan dengan lensa -3 misalnya. Tapi, alhamdulillah, kali ini aku bisa menemukan kacamata yang harganya 200rb sudah berikut lensa. Hore!!! Langsung aja aku tanya, "bisa jadi hari ini, gak?". "Tunggu ya saya lihat stok lensanya", kata bapak penjaga optik. Dan ternyata, ada!!!! Alhamdulillah... Ini berkah Ramadhan tampaknya. Aku bisa dapat kacamata malam ini juga! Now, I'm waiting for them to finish those glasses for me. :)

Love,


Karima Yolita
Koordinator Bidang Studi Bhs. Inggris
SDIT Citra Az-zahra
Kompleks Taman Alfa Indah, Blok G1
Joglo, Jakarta Barat

Posted via email from karima's posterous

Selalu Ada Cara yang Baik

|
Jika mau makan, Rasulullah mengajarkan untuk membaca Basmalah terlebih dahulu, meraih makanan yang lebih dekat dengan kita, lalu makan dengan tangan kanan sambil duduk.

Jika hendak masuk toilet, bacalah do'a dahulu, kemudian dahulukan kaki kiri. Begitulah ajaran Rasulullah. Ketika hendak berijtima'-pun Rasulullah sudah mencontohkan adabnya.

Subhanallah, Allah, melalui Rasulnya yang mulia, telah memandu kita agar kita menjadi umat muslim yang beradab, yang tahu menempatkan sesuatu pas pada tempatnya, agar terjaga kelimpahan rahmat-Nya bagi kita. Adab-adab yang diajarkan Rasulullah pada kita tak hanya berimbas pada hubungan vertikal kita dengan Rabb, namun juga pada keharmonisan kita dengan sesama.

Rasulullah selalu berkata lemah-lembut kepada lawan bicara. Jika ingin memperingati atau menegur, pasti ada cara terbaik yang Beliau lakukan. Misalnya: teguran dilakukan langsung agar si lawan bicara paham tentang apa yang telah menjadi kesalahan. Atau menegur dengan kalimat sindiran. Tidak langsung berbuat kasar atau bahkan lupa daratan.

Dalam bertamu, misalnya, Rasulullah pun mencontohkan adabnya. Sang tuan rumah hendaklah memberikan jamuan terbaik bagi para tamunya, walaupun sederhana.

Wahai manusia, engkau telah dibekali akal dan hati oleh penciptamu. Mari kita gunakan dua alat sederhana nan canggin tersebut. Pastikanlah, untuk sebuah masalah, ada jalan keluar yang lebih ahsan, lebih baik, lebih tentram di hati.

Love always,


Karima Yolita
Koordinator Bidang Studi Bhs. Inggris
SDIT Citra Az-zahra
Kompleks Taman Alfa Indah, Blok G1
Joglo, Jakarta Barat

Posted via email from karima's posterous

Jangan Jadi Anak ITB...

|
Baru-baru ini, pengumuman penerimaan calon mahasiswa sedang marak, baik yang berasal dari proses SNMPTN maupun yang berasal dari jalur mandiri. Semua orang tahu, itu bukanlah suatu proses yang mudah bagi banyak orang. Bahkan, ada yang harus menempuh persiapan bertahun-tahun untuk dapat diterima di perguruan tinggi yang ia inginkan. It deserves to be celebrated. Congratulation!

Not to mention, my almamater, ITB, is surely one place a lot of people have been dreaming about. Kualitas ilmu beserta jajaran staf pengajar dan fasilitas belajar adalah hal-hal yang membuat dirinya semakin dinikmati. Wahai ITB, I'm also proud of you because of those ;)

Tapi jangan salah, nama ITB juga seringkali jadi sasaran empuk ejekan orang banyak. Bahkan, pernah suatu kali di tempat kerjaku, seorang pakar pendidikan yang "mampir" datang untuk memberikan wejangan memberikan komentar miring mengenai lulusan ITB. Everyone may have known about this. Secara keilmuan, ITB mampu mencetak lulusan yang banyak tahu. Tapi kalau dilihat dari sisi pendidikan, ITB juga mampu mencetak lulusan yang sok tahu (duh!)

Bukannya aku mau menjelekkan almamaterku sendiri, tapi memang seperti itulah keadaannya. Sang pakar pendidikan yang mampir ke tempat kerjaku itu menyinggung kemampuan sosial dari kebanyakan anak ITB yang minim. Dari segi usia, seseorang lulusan perguruan tinggi seharusnya sudah menguasi kemampuan sosialisasi yang baik, seperti bagaimana mengemukakan pendapatnya dengan baik di muka umum atau meminta tolong kepada orang lain dengan cara yang menyenangkan. Namun, seringkali kesan yang didapat oleh orang lain yang berinteraksi dengan lulusan-lulusan ITB adalah sombong dan sok tahu. Wahai teman-temanku sealmamater, jangan bersedih. I also got those impressions all the time. Dan berdasarkan pengalaman pribadi, bisa jadi mereka yang terkesan sombong dan sok tahu itu tak paham bagaimana caranya berinteraksi dengan orang lain, dan akhirnya they do what they've known best, talking about their knowledge, their achievement, in order to get attention from the surrounding. Atau bisa jadi, kalimat yang ia lontarkan begitu blak-blakan sehingga membuat jengah si lawan bicara. Alhasil, kata sombong dan sok tahulah yang menempel pertama kali.

Seorang teman lamaku yang juga lulusan ITB pun mengatakan hal yang serupa. Menurutnya, anak ITB itu seringkali jadi orang yang oportunis. Mereka mendekati orang lain hanya ketika ada sesuatu yang diinginkan. Hahaha, aren't we all? Yes, but there are always nicer path to do such things. Di sinilah kemampuan sosial seseorang diuji.

Well, the good thing is, kekurangan dalam bersosialisasi adalah sesuatu yang normal terjadi pada anak-anak yang memiliki kemampuan inteligensia yang tinggi. Otaknya mampu menyerap dan mengolah informasi sangat cepat sehingga seringkali ia menjadi tidak sabar menghadapi teman-temannya yang secara intelegensia lebih rendah darinya. It started from the early stages of their life. Ketidaksabaran ini bisa jadi terlalu dimaklumi oleh para orangtua, sang anak berintelegensia ini justru difasilitasi agar kemampuan intelegensianya lebih berkembang, seperti dimasukkan ke dalam kelompok belajar yang memiliki kemampuan setara. Ini tidak salah, memang, hanya saja perlu diimbangi dengan pendidikan emosional dan sosial. Perlu juga anak-anak tersebut disatukan dalam kelompok yang berisi anak-anak dengan kemampuan beragam. Ketika sang anak cerdas ini bertemu dengan anak lain yang intelegensianya lebih rendah, ajarilah ia untuk bersabar dan saling membantu. Ini bukanlah proses yang mudah bagi anak tersebut, tetapi hal ini harus dihadapi agar ia terbiasa. Toh di dunia nyata, tak semua anak sepintar dia. Selain itu, biasakan juga anak bertemu dengan mereka yang punya ilmu lebih banyak. Tak harus teman sebaya, bisa juga orang yang umurnya lebih tua. Ajarilah untuk rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Itu akan membuatnya terbuka pada kenyataan bahwa masih banyak loh ilmu yang bisa diperoleh.

And again, it isn't a one-or-two-days job. Ini adalah latihan bertahun-tahun. Mereka yang sudah dewasa pun masih perlu untuk mengasah kedua hal ini. Kemampuan sosial adalah sesuatu yang bisa dipelajari. It's a skill that everyone should learn and practice about.

In the end, I'm grateful to have an oppotunity to enter such a wonderful place and meet wonderful people. Much have I learnt from you.

Love always,

Karima Yolita
Koordinator Bidang Studi Bhs. Inggris
SDIT Citra Az-zahra
Kompleks Taman Alfa Indah, Blok G1
Joglo, Jakarta Barat

Posted via email from karima's posterous